Sebagai seorang yang sering menulis artikel di blog dan website. Menjadi penulis fiksi membuat saya sedikit kesulitan. Banyak sekali tantangan baru yang harus saya lalui.
Mulai dari membeli buku dan membaca materi tentang menulis buku fiksi sudah saya lakukan. Hal yang saya sadari adalah ternyata menulis fiksi tidak mudah, saya sering berpikir jika membuat tulisan fiksi hanya bermodal mengarang saja.
Tapi, setelah terjun di dunia ini saya baru mengerti, menulis fiksi adalah dunia baru bagi saya.
Tidak seperti menulis non-fiksi seperti artikel untuk blog. Fiksi seperti membuat dunia baru yang membutuhkan imajinasi dan logika yang berjalan bersamaan.
Saya bahkan sampai membaca berbagai jenis novel, cerita, dan beberapa cerpen di media online maupun cetak, hanya untuk membuat satu adegan bab yang ingin saya tulis.
Melelahkan, tentu saja.
Menciptakan dunia baru dalam sebuah cerita membuat saya harus banyak bekerja keras. Dari menciptakan tokoh, konflik, dan penyelesaiannya semua membutuhkan riset yang tidak singkat.
Setelah itu saya harus menghadapi banyak kritik dari pembaca yang tidak suka dengan karakter yang saya ciptakan. Saya sampai mendapat kritik pedas dari mereka, hingga akhirnya saya buat artikel tentang penerimaan bahwa saya adalah penulis buruk.
Artikelnya bisa kamu baca disini, artikel itu adalah tentang saya yang mencoba menerima bahwa cerita saya tidak bisa memuaskan banyak pihak, dan itu tidak apa-apa.
Tantangan Saya Menjadi Penulis Fiksi
1. Riset yang Mendalam
Riset memang dibutuhkan penulis untuk membuat tulisan. Tapi, bagi saya seorang penulis artikel yang beralih peran menjadi penulis fiksi baru-baru ini mengetahui perbedaannya.
Jika menulis artikel menyajikan informasi apa adanya sesuai riset yang sudah digali. Menulis fiksi harus menyajikannya dalam sebuah cerita yang sangat menarik.
2. Penciptaan Tokoh yang Logis
Beberapa tokoh saya mendapat kritik karena pembaca merasa mereka tidak sesuai yang ada di dunia nyata. Itulah yang membuat saya harus bekerja keras mempelajari banyak hal tentang bagaimana menciptakan tokoh yang menarik.
3. Konflik yang Membuat Sakit Kepala
Jujur saja saya pernah tidak tidur 3 hari karena memikirkan konflik lanjutan untuk cerita novel saya. Cerita tanpa konflik memang hambar, tapi menciptakan konflik sungguh membuat saya berpikir keras.
Sebagai penulis artikel yang menyajikan konflik apa adanya dalam sebuah tulisan. Fiksi sungguh membuat saya masuk dalam dunia baru seorang penulis.
4. Jam Tidur Berantakan
Saat ini jam tidur saya berantakan, karena terlalu fokus dengan cerita yang saya buat. Saat tidur saya memikirkan konflik yang menarik membuat saya harus beranjak dari tempat tidur dan menyalakan laptop kembali.
Itu menyiksa, sungguh.
Saya memiliki jam liput saat mendapat pekerjaan sebagai wartawan sepak bola. Tapi menjadi penulis novel saya seperti bekerja 24 jam dalam seminggu.
Namun, terlepas dari itu semua, ketika saya mendapat pujian dari pembaca tentang novel saya membuat semangat menulis itu kembali.
Saya sangat senang menulis entah itu fiksi maupun non-fiksi dan saya menyadarinya saat menulis artikel ini.
Terimakasih sudah membaca artikel ini sampai akhir, sampai jumpa di artikel saya selanjutnya. Bye*